BALIINDEPTH - Komunitas Samas
(Sekretariat Bersama Sepeda) Bali, akan mengelilingi seluruh wilayah pesisir,
Bali. Mereka akan melakukan persembahyangan atau nangkil di
Pura-Pura pesisir yang ada di Bali. Hal ini dilakukan, berkaitan erat dengan
aksi penolakan proyek 700 hektare Teluk Benoa, Bali.
Sanas
sendiri sudah menolak rencana itu sejak 2 tahun lalu. Komunitas Samas Bali
pernah melakukan perjalanan panjang dari Bali menuju ke Jakarta untuk mengampanyekan
penolakan reklamasi Teluk Benoa. Perjalanan selama 10 hari tersebut sukses dan
cukup menyadarkan warga ibukota bahwa Bali sedang diancam rencana
reklamasi.
Saat ini,
perjalanan suci diinisiasi kembali oleh mereka. Ada sekitar 20-an pesepeda dari
berbagai macam sepeda yang mengikuti aksi sepeda keliling Bali ini.
Sebagai warga
Bali, tentu saja, aksi ini sebagai bagian dan cara untuk menghargai alamnya.
Dan memohon kepada para leluhur yang melinggih (bersemayam) di Pura-pura itu
untuk memberikan pengrahayuan supaya Bali tetap terjaga.
Bukan
tanpa alasan. Itu dikarenakan, proyek reklamasi di Teluk Benoa membuat alam
Bali rusak dan hancur. Keseimbangan alam di Bali akan begitu saja hancur
dikarenakan investor dan pemimpin di Bali yang tidak lagi menjaga alam dan
mendegar suara rakyatnya.
Menurut I
Dewa Made Merthakota, selaku Ketua Samas (Sekretariat Bersama Sepeda)
Bali, Pesepeda utama yang akan secara penuh keliling Bali adalah; I Dewa
Made Merthakota, Made Gde Sugiartha, S. Anwar, I Wayan Artha dan
Gusti Ayu Dewi Mahayanthi.
Rombongan
utama diiringi sekitar 20-an pesepeda, yang secara bersama-sama
mulai berangkat dari DPRD Bali menuju ke Pura Dalem Pengembak dan Pura
Petitenget Seminyak. Setelahnya, rombongan utama akan dilepas oleh secara
bersama-sama untuk melanjutkan perjalanan menjelajah seluruh wilayah
pesisir Bali dan akan nangkil (bersembahyang) di berbagai Pura
pesisir. Sebelum memulai perjalanan, mereka melakukan
persembahyangan di Pura DPRD Bali.
"Cara
ini kami lakukan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Cara supaya alam Bali
tetap terjaga," ujarnya, Jumat (4/2/2016).
Dia
menyampaikan, jika proyek yang dalam kajian Amdal itu tidak bermanfaat bagi
Bali. Alasannya, bahwa Bali tidak membutuhkan itu. Pembangunan di Bali seakan
serampangan. Karena, yang dibutuhkan Bali bukanlah pembangunan yang akan
membuat Bali semakin hancur. Bali membutuhkan keramahan dalam pembangunan dan
juga pemerataan pembangunan. Bukan eksploitasi yang dapat membuat Pulau Dewata
terendam oleh air.
"Semoga
terketuk hati para pemimpin kita. Maka dari itu, kami nangkil di pura DPRD
Bali, supaya yang melinggih mengetuk hati para pemimpin. Dan proyek Reklamasi
akan dihentikan," tegasnya. (BiD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar