KISAH terpisahnya Pulau Bali dan Pulau Jawa, dimulai saat Rsi
Markandeya membawa sekitar 4.000 pengikut membangun Pura Besakih di Desa
Besakih, Karangasem. Saat itu, Bali dan Jawa masih menjadi satu pulau. Sehingga
mereka tidak perlu menyeberangi laut. Lalu, kenapa sekarang Bali dan Jawa
terpisah?
BACA JUGA
- Wagub Tolak Jembatan Jawa-Bali
- Desa Pinggan, Salah Satu Tempat Teindah di Bali
Berdasarkan kitab Usana Bali, putusnya
Pulau Jawa dan Bali, disebabkan oleh kesaktian Pandita bernama Mpu Sidhimantra.
Pandita yang tinggal di Jawa Timur, ini,
bersahabat karib dengan seekor ular besar bernama Naga Basukih. Naga itu,
berliang di Desa Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung. Di sana terdapat
sebuah goa besar yang sangat suci.
Sebagai tanda persahabatan, Mpu
Sidhimantra selalu membawa madu, susu, dan mentega untuk Naga Besukih.
Mpu Sidhimantra memiliki seorang anak
bernama Ida Manik Angkeran. Putranya ini dikenal sangat suka berjudi meski
sudah dilarang ayahnya.
Pada satu purnama, Mpu Sidhimantra jatuh
sakit. Mengetahui ayahnya sakit, Ida Manik Angkaran secara diam-diam pergi ke
Bali menemui Naga Basukih di Besakih. Sampai di sana, Manik Angkeran duduk
bersila membunyikan bajra yang dibawanya. Naga Basukih pun keluar dari
liangnya. Saat itu, Manik Angkeran mengatakan bahwa ayahnya masih sakit. Oleh
karena itu, dia menjadi wakilnya membawa madu, susu, dan mentega yang biasa
dibawa oleh ayahnya.
Mendapat hidangan itu, Naga Basukih
dengan senang menerima pemberian Manik Angkeran. Kemudian Naga Basukih bertanya
kepada Ida Manik Angkeran, apakah yang diinginkan untuk bekal dalam perjalanan pulang.
Saat itu, Manik Angkeran tidak meminta
apa pun. Dia hanya meminta Naga Basukih untuk kembali masuk ke dalam goa
duluan.
Saat berbalik itulah, Manik Angkeran
memotong ekor Naga Basukih yang berisi permata. Setelah mendapatkan permata itu
di ekor Naga Basukih, Manik Angkeran kemudian lari.
Cuma, Manik Angkeran tidak bisa lari dari
kemarahan Naga Basukih. Dalam pelariannya tersebut, jejak kaki Manik Angkeran ditemukan
di sebuah hutan. Dengan kemarahannya, Naga Basukih kemudian membakar hutan bernama
Cemara Geseng tersebut hingga Manik Angkeran tewas.
Mpu Sidhimantra yang khawatir anaknya hilang
tanpa kabar, kemudian mencarinya. Dari pencariannya, Mpu Sidhimantra mendapat
cerita dari Naga Basukih soal kisah Manik Angkeran tersebut. Saat itu, Naga
Basukih mengatakan, Manik Angkeran bisa hidup lagi dengan syarat harus tetap
mengabdi di Pura Besakih sebagai Abdi pura atau pemangku dan tinggal di sana
selamanya.
Mpu Sidhimantra menyetujui persyaratan
itu. Dia pun kembali ke Jawa. Sebelum meninggalkan area Bali, Mpu Sidhimantra
menggoreskan tongkatnya yang sakti sehingga Pulau Bali dan Pulau Jawa dipisahkan
oleh Selat Bali atau Segara Rupek. (berdasarkan
kitab Usana Bali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar