USULAN Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ingin
membangun jembatan yang menghubungkan Jawa-Bali, mendapat perlawanan dari Wakil
Gubernur Bali, Ketut Sudikerta. Ketua DPD Golkar Bali ini secara tegas menolak
usulan yang disampaikan pascatenggelamnya Kapal Rafelia II di Selat Bali
beberapa waktu lalu.
Menurut
Sudikerta, pembangunan jembatan Jawa-Bali itu memang penting, namun jauh lebih
penting adalah menjaga kultur masyarakat Bali sendiri. "Momentum
usulan jembatan itu kurang tepat di tengah upaya masyarakat Bali berkomitmen
menjaga budayanya yang adiluhung yang kental dengan adat-istiadat dan nilai
kesakralan yang tinggi," katanya, Kamis (17/3) kemarin.
Pihaknya
mengatakan usulan pembangunan jembatan itu hendaknya dilakukan kajian dari
berbagai aspek, terutama dari sisi budaya masyarakat Bali sendiri. "Tidak
bisa hanya melihat dari satu aspek saja, tapi harus komprehensif sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat Bali ke depan,"
sambungnya.
Sudikerta
menegaskan tatanan kehidupan masyarakat Bali saat ini telah berjalan dengan baik
dalam suasana harmoni, kedamaian, dan kebersamaan antarsesama.
"Jika benar seperti itu usulannya, saya sangat tidak sependapat. Ajeg Bali harus dipertahankan dengan prinsip-prinsip kearifan lokal. Pembangunan jembatan Jawa-Bali akan sangat berpengaruh pada tatanan sosial budaya masyarakat. Akan ada pergeseran-pergeseran nilai di Bali. Cepat atau lambat, pembangunan jembatan itu akan menyebabkan adat dan budaya Bali mengalami degradasi," katanya.
Pihaknya
tak menampik secara ekonomi Jawa-Bali akan diuntungkan. Namun dampak degradasi
budaya dan moral harus diantisipasi. "Adat, budaya, dan tatanan
menyamabraya harus dipertahankan. Tidak boleh egois memandang dari sisi ekonomi
semata," tegas Sudikerta.
Jika
antrean panjang kendaraan di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk yang dijadikan alasan
membangun jembatan Jawa-Bali, Sudikerta menawarkan solusi agar fasilitas di
pelabuhan itu yang mesti diperbaiki, baik menyangkut penataan manajemen
transportasi laut maupun penambahan dermaga.
Pihaknya
mengaku akan tetap mempertahankan Gilimanuk sebagai pintu gerbang Bali di
bagian barat melalui laut.
"Dengan tegas saya tolak. Tatanan yang seperti sekarang ini sudah cukup bagus," kata Sudikerta.
Sebagaimana
diketahui, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengusulkan pembangunan jembatan
Selat Bali yang menghubungkan Pulau Jawa bagian timur dengan Pulau Bali bagian
barat.
Keberadaan
jembatan tersebut sangat penting guna kelancaran arus barang dan orang, agar
tidak terjebak antrean panjang di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Antrean panjang
itu semakin rancu saat long weekend, hari besar nasional, dan atau pada saat
terjadinya cuaca buruk.
"Jika
saja boleh saya usulkan, semestinya di Selat Bali ini dibangun jembatan
Jawa-Bali sebagaimana Surabaya-Madura atau Suramadu. Ini disebabkan keduanya
provinsi tersebut saling membutuhkan. Apalagi kedua provinsi tersebut memiliki
potensi ekonomi yang cukup tinggi," ujar Bupati Anas kepada wartawan usai
rapat koordinasi di Pelabuhan ASDP Ketapang, Senin (14/3). (*)
BACA JUGA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar