Ada empat titik
baliho yang dipasang oleh semeton Sanur pada pukul 16.00, diantaranya berada di
perempatan By Pass Ngurah Rai dengan Jalan Danau Buyan, Perempatan By Pass
Ngurah Rai dengan Jalan Hang Tuah, perempatan Banjar Sindu dan
Betngandang.
Baliho ini yang
didirkan oleh Semeton Sanur adalah tindak lanjut dari hasil paruman Desa Adat tiga Desa Pakraman/Adat yang ada
di Sanur yaitu Desa Pakraman/Adat Intaran, Desa Pakraman/Adat Penyaringan
dan Desa Pakraman/Adat Sanur yang secara resmi memutuskan
untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.
Hal ini
disampaikan oleh Nyoman Sarji selaku Kelian Banjar Sindu kelod di sela-sela
pemasangan baliho. "Sesuai dengan paruman tiga desa adat di Sanur yang
menyatakan menolak dengan tegas reklamasi Teluk benoa, maka sebagai
tindaklanjutnya kami Semeton Sanur memasang baliho dengan dana swadaya,"
paparnya.
Lebih lanjut,
Sarji mengatakan sikap ini melihat situasi yang berkembang saat ini dimana Sanur
di ancam dengan abrasi yang disebabkan reklamasi di Pulau Serangan beberapa
waktu silam. "Beruntung ada bantuan dari Jepang yang membuat barier,
sehingga desa kami agak dilindungi," ujarnya.
Menurut warga
sanur sebaiknya pembagunan diarahk ke daerah lain diluar Bali selatan. Sehingga
terjadi pemerataan pembangunan, tidak hanya bertumpuk di Bali selatan. "Jangan hanya di Bali selatan saja,
Bali utara dan bali timur juga mesti bangun sesuai dengan potensi wilayahnya,
sehingga pemerataan pembangunan bisa berjalan seimbang," ujar Ida Bagus
Wasika Parbawa yang juga warga di Desa Sanur seraya menambahkan jika hal
tersebut juga turut mendasari mereka untuk bergerak menolak
reklamasi di Teluk Benoa. .
Parbawa juga
menyampaikan agar alam Bali ini dijaga dengan baik tanpa adanya eksploitasi
alam. "Biarlah alam yang mengubah Bali, bukan orang yang atas kepentingan
bisnis semata, maka dari itu, kami menolak reklamasi teluk Teluk Benoa apapun
dalihnya" pungkas Parbawa yang juga salah satu penggerak Semeton Sanur. (ForBali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar