INDUSTRI pertambangan batubara di Indonesia telah mendapatkan pukulan besar
dengan pengumuman oleh regulator jasa keuangan negara, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), bahwa bank harus menghentikan pinjaman untuk proyek-proyek pertambangan
di Kalimantan Timur.
Kalimantan Timur, mengandung 28 persen dari total cadangan batu
bara Indonesia. Areal seluas negara Swiss telah dialokasikan untuk pertambangan
di seluruh provinsi, dengan kerusakan masif hutan, pencemaran persediaan air
dan perpindahan masyarakat setempat.
OJK memiliki kekuatan
untuk mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia dengan proyeksi promosi
stabilitas keuangan. Peraturan tersebut dibuat karena harga batu bara yang
terus turun, sehingga dinilai berinvestasi dalam proyek-proyek batubara terlalu
berisiko.
Ini adalah peraturan
perbankan pertama yang melarang pembiayaan untuk pertambangan batubara
berdasarkan eksposur kredit industri.
Beberapa bank di
Indonesia sudah diketahui terkena kredit macet di pertambangan batu bara, baik
secara langsung melalui operasi pertambangan, atau tidak langsung melalui
kredit konstruksi untuk proyek-proyek pertambangan. Lembaga kredit Fitch
menulis tahun lalu: "Kombinasi berkelanjutan harga lemah batubara dan
over-supply akan terus menantang profil kredit dari sektor pertambangan, dengan
penambang kecil paling berisiko."
“Ini menjadi pukulan penuh terhadap ambisi industri batu bara
Indonesia, dan memberikan dampak hidup kepada ribuan orang di Kalimantan Timur
yang hidupnya telah hancur oleh industri pertambangan batu bara,” kata Arif
Fiyanto, juru kampanye senior untuk Greenpeace Indonesia.
"Tidak ada prospek
pemulihan harga batubara. Bagi Indonesia ini adalah perjudian masa depan pada
batubara. Pengumuman OJK membuatnya menjadi semakin jelas, pinjaman untuk
pertambangan menjadi sangat berisiko bagi lembaga keuangan, dan semua bank
harus menghentikan dana operasi untuk batubara di Indonesia. "
IMF, dalam sebuah catatan baru pada sektor perbankan Indonesia,
mengatakan kewajiban sektor batubara naik sekitar 30% sejak tahun 2008,
sedangkan pendapatan operasi tumbuh hanya 10% dan keuntungan menurun. Indonesia
adalah eksportir batubara terbesar di dunia, dan penambang terbesar Bumi
Resources telah berjuang dengan kebangkrutan selama lebih dari satu tahun
sekarang.
Pemerintah Indonesia
telah memotong harga acuan batubara thermal (HBA). Harga batubara saat ini
US $ 53,20 per metrik ton pada bulan Januari (rekor terendah baru), yang
turun dari US $ 109,29 pada Januari 2012.
Sebagian besar paparan kredit macet di Kalimantan Timur adalah
penambang skala menengah dan kecil. Mereka lebih cenderung dibiayai oleh
bank-bank Indonesia, karena perusahaan batubara yang lebih besar memiliki akses
ke pasar modal dan bank internasional. (greenpace
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar