Jumat, 18 Maret 2016

Ini Kisah Terpisahnya Pulau Bali dan Jawa

KISAH terpisahnya Pulau Bali dan Pulau Jawa, dimulai saat Rsi Markandeya membawa sekitar 4.000 pengikut membangun Pura Besakih di Desa Besakih, Karangasem. Saat itu, Bali dan Jawa masih menjadi satu pulau. Sehingga mereka tidak perlu menyeberangi laut. Lalu, kenapa sekarang Bali dan Jawa terpisah?

BACA JUGA 

-  Wagub Tolak Jembatan Jawa-Bali

-  Desa Pinggan, Salah Satu Tempat Teindah di Bali



Berdasarkan kitab Usana Bali, putusnya Pulau Jawa dan Bali, disebabkan oleh kesaktian Pandita bernama Mpu Sidhimantra.
Pandita yang tinggal di Jawa Timur, ini, bersahabat karib dengan seekor ular besar bernama Naga Basukih. Naga itu, berliang di Desa Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung. Di sana terdapat sebuah goa besar yang sangat suci.
Sebagai tanda persahabatan, Mpu Sidhimantra selalu membawa madu, susu, dan mentega untuk Naga Besukih.
Mpu Sidhimantra memiliki seorang anak bernama Ida Manik Angkeran. Putranya ini dikenal sangat suka berjudi meski sudah dilarang ayahnya.
Pada satu purnama, Mpu Sidhimantra jatuh sakit. Mengetahui ayahnya sakit, Ida Manik Angkaran secara diam-diam pergi ke Bali menemui Naga Basukih di Besakih. Sampai di sana, Manik Angkeran duduk bersila membunyikan bajra yang dibawanya. Naga Basukih pun keluar dari liangnya. Saat itu, Manik Angkeran mengatakan bahwa ayahnya masih sakit. Oleh karena itu, dia menjadi wakilnya membawa madu, susu, dan mentega yang biasa dibawa oleh ayahnya.
Mendapat hidangan itu, Naga Basukih dengan senang menerima pemberian Manik Angkeran. Kemudian Naga Basukih bertanya kepada Ida Manik Angkeran, apakah yang diinginkan untuk bekal dalam perjalanan pulang.
Saat itu, Manik Angkeran tidak meminta apa pun. Dia hanya meminta Naga Basukih untuk kembali masuk ke dalam goa duluan.
Saat berbalik itulah, Manik Angkeran memotong ekor Naga Basukih yang berisi permata. Setelah mendapatkan permata itu di ekor Naga Basukih, Manik Angkeran kemudian lari.



Cuma, Manik Angkeran tidak bisa lari dari kemarahan Naga Basukih. Dalam pelariannya tersebut, jejak kaki Manik Angkeran ditemukan di sebuah hutan. Dengan kemarahannya, Naga Basukih kemudian membakar hutan bernama Cemara Geseng tersebut hingga Manik Angkeran tewas. 
Mpu Sidhimantra yang khawatir anaknya hilang tanpa kabar, kemudian mencarinya. Dari pencariannya, Mpu Sidhimantra mendapat cerita dari Naga Basukih soal kisah Manik Angkeran tersebut. Saat itu, Naga Basukih mengatakan, Manik Angkeran bisa hidup lagi dengan syarat harus tetap mengabdi di Pura Besakih sebagai Abdi pura atau pemangku dan tinggal di sana selamanya.
Mpu Sidhimantra menyetujui persyaratan itu. Dia pun kembali ke Jawa. Sebelum meninggalkan area Bali, Mpu Sidhimantra menggoreskan tongkatnya yang sakti sehingga Pulau Bali dan Pulau Jawa dipisahkan oleh Selat Bali atau Segara Rupek. (berdasarkan kitab Usana Bali)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar