Sabtu, 06 Februari 2016

Tolak Reklamasi Teluk Benoa, Samas Bersepeda Keliling Bali

SAMAS BALI TOLAK REKLAMASI
Tolak Reklamasi Teluk Benoa, Samas Bersepeda Keliling Bali
BALIINDEPTH - Komunitas Samas (Sekretariat Bersama Sepeda) Bali, akan mengelilingi seluruh wilayah pesisir, Bali. Mereka akan melakukan persembahyangan atau nangkil di Pura-Pura pesisir yang ada di Bali. Hal ini dilakukan, berkaitan erat dengan aksi penolakan proyek 700 hektare Teluk Benoa, Bali.


Sanas sendiri sudah menolak rencana itu sejak 2 tahun lalu. Komunitas Samas Bali pernah melakukan perjalanan panjang dari Bali menuju ke Jakarta untuk mengampanyekan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Perjalanan selama 10 hari tersebut sukses dan cukup menyadarkan warga ibukota bahwa Bali sedang diancam rencana reklamasi. 
Saat ini, perjalanan suci diinisiasi kembali oleh mereka. Ada sekitar 20-an pesepeda dari berbagai macam sepeda yang mengikuti aksi sepeda keliling Bali ini. 
Sebagai warga Bali, tentu saja, aksi ini sebagai bagian dan cara untuk menghargai alamnya. Dan memohon kepada para leluhur yang melinggih (bersemayam) di Pura-pura itu untuk memberikan pengrahayuan supaya Bali tetap terjaga.
Bukan tanpa alasan. Itu dikarenakan, proyek reklamasi di Teluk Benoa membuat alam Bali rusak dan hancur. Keseimbangan alam di Bali akan begitu saja hancur dikarenakan investor dan pemimpin di Bali yang tidak lagi menjaga alam dan mendegar suara rakyatnya.
Menurut‎ I Dewa Made Merthakota, selaku Ketua Samas (Sekretariat Bersama Sepeda) Bali‎, Pesepeda utama yang akan secara penuh keliling Bali adalah; I Dewa Made Merthakota, Made Gde Sugiartha,  S. Anwar, I Wayan Artha dan Gusti Ayu Dewi Mahayanthi.
Rombongan utama  diiringi sekitar 20-an pesepeda, yang  secara bersama-sama mulai berangkat dari DPRD Bali menuju ke Pura Dalem Pengembak dan Pura Petitenget Seminyak. Setelahnya, rombongan utama akan dilepas oleh secara bersama-sama untuk melanjutkan perjalanan  menjelajah seluruh wilayah pesisir Bali dan akan nangkil (bersembahyang) di berbagai Pura pesisir. Sebelum memulai perjalanan, mereka  melakukan persembahyangan di Pura DPRD Bali.
"Cara ini kami lakukan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Cara supaya alam Bali tetap terjaga," ujarnya, Jumat (4/2/2016).
Dia menyampaikan, jika proyek yang dalam kajian Amdal itu tidak bermanfaat bagi Bali. Alasannya, bahwa Bali tidak membutuhkan itu. Pembangunan di Bali seakan serampangan. Karena, yang dibutuhkan Bali bukanlah pembangunan yang akan membuat Bali semakin hancur. Bali membutuhkan keramahan dalam pembangunan dan juga pemerataan pembangunan. Bukan eksploitasi yang dapat membuat Pulau Dewata terendam oleh air.

"Semoga terketuk hati para pemimpin kita. Maka dari itu, kami nangkil di pura DPRD Bali, supaya yang melinggih mengetuk hati para pemimpin. Dan proyek Reklamasi akan dihentikan," tegasnya. (BiD)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar