Minggu, 07 Februari 2016

10 Bali Baru, Umpan Senayan untuk Teluk Benoa

Isu 10 Bali Baru diungkap agar Bali tidak kalah maka solusinya harus menyiapkan wisata buatan seakan propaganda teranyar untuk memuluskan Reklamasi Teluk Benoa menjadi Kepulauan Benoa.


SEPULUH Bali Baru. Inilah tren isu yang dicanangkan untuk membangun ketakutan masyarakat Bali akan pariwisatanya dikalahkan daerah lain. 
Pernyataan bahwa 10 Bali Baru merupakan ancaman digelindingkan di gedung terhormat DPRD Bali dan direspons dengan apik oleh Gubernur Bali. Persis bagaimana Neymar umpan dan Messi yang cetak gol. Benarkah..? 
Bali adalah sebuah Pulau terbaik di dunia karena alam dan nafas hidup masyarakatnya menyatu dengan seni budaya dan sistem relegi yang tidak ada duanya di dunia.
Lalu yang mana dimaksudkan Bali Baru? Bali baru ternyata Mandalika Lombok, Danau Toba Sumut, Borobudur Jateng, raja Empat Papua dan lainnya? Bersaing kah Bali? Apa perlu bersaing? Atau justru harus bersanding sebagai anak bangsa berwawasan nusantara. Pariwisata Nusantara harus dikembangkan. 
Isu 10 Bali Baru diungkap agar Bali tidak kalah maka solusinya harus menyiapkan wisata buatan seakan propaganda teranyar untuk memuluskan Reklamasi Teluk Benoa menjadi Kepulauan Benoa.
Ini isu lanjutan setelahnya isu kalau aksi tolak reklamasi dibiayai asing makin tidak masuk akal dilemparkan. Sebelumnya pro reklamasi menuding aksi tolak reklamasi disponsori oleh Asing dalam hal ini Singapura dan Malaysia karena takut Bali makin maju. Tuduhan ini bahkan diungkapkan pemimpin PHDI yang kini aktif menjadi pekerja reklamasi. 
Bahkan ada juga yang menjual nama Donald Trump agar isunya lebih sexy tetapi juga gagal. Wajar gagal karena terlalu mengada-ada. Logika dan akal sehat terlalu jauh dengan propaganda itu. 
Awal propaganda malah penolakan karena hotel2 yang sudah ada takut disaingi. Dari isu lokal naik ke internasional lalu ke nasional.
Sadar tuduhannya asbun, kini lewat ranah yang berbeda lemparan bukan lagi asing tetapi didalam negeri. Ancaman Bali adalah 10 Bali baru.
Justru Bali harus mendukung ada 10 Bali Baru. Karena itu kalau benar akan mengurangi jumlah pendatang ke Bali. Sehingga Bali bisa berbenah menata adat budaya, alam dan sistem relegi yang lebih baik. Sudah saatnya kelas Pariwisata dinaikkan untuk menyasar wisatawan kelas atas. Jumlah bukan yang utama tetapi besarnya belanja Pariwisata yang diutamakan. 
Biarlah yang kelas backpaker ke Lombok, Banyuwangi dan yang kelas atas di Bali.
Nusantara harus dikembangkan jangan malah masyarakat diajari bersikap anasionalisme. Apalagi oleh mereka yang selama ini menjual nasionalisme sbg jargon politiknya.
Bali tidak akan pindah kemana karena Bali itu Pariwisata Budaya. Tampaknya yang jualan isu ini lupa. Budaya itu tidak bisa diangkut atau dipindahkan kesana kemari karena Budaya melekat dengan manusianya. Pariwisata Budaya di Bai ya dengan manusia Bali berikut adatnya.
Lombok pasti akan dekat dengan wisata syariah daripada wisata Tri Hita Karana. Dengan tagline NTB seribu masjid akan pas kembangkan itu. Kita harus dukung demi NKRI. Bukan malah pasir Lombok 30 juta kubik dibawa ke Bali.
Tidaklah mungkin juga tarian Bali akan lebih terkenal di danau Toba. Begitu juga Ngaben, dan lainnya.
Semua punya kharakteristiknya. Justru kalau mau Pariwisata Bali berkembang ya. Tata Tulamben, Seraya, Candi dasa, Kintamani, Lovina, Bedugul,Medewi dan jaga Ubud, Jatiluwih, Trunyan, Tenganan dan lainnya. 
Perbaiki drainase, transportasi Kuta,Nusa Dua dan Tanjung Benoa, perkokoh Sanur, dan lainnya. Lindungi Pasar seni Sukawati, Pasar Seni Guwang dan lainnya. Perkuat Pariwisata berbasis komunitas dan redam eksploitasi kapitalis untuk pemerataan kesejahteraan. Community Based Tourism diutamakan. 
Saatnya justru Bali berbenah dan bukan malah merusak alamnya dengan meningkatkan jumlah pendatang untuk bekerja, semakin tersedotnya air tanah untuk konsumsi manusia. Apalagi itu dipersembahkan untuk investor. 
11 Pulau Baru dipersembahkan unik investor lalu kita jadikan Sesuhunan yang akan menjadi juru selamat Bali. Masih ada waktu memahami Bali bagi para pemegang kebijakan. Teringat dengan inovasi di era Gubernur Bali Ida Bagus Mantra yang kesemuanya ditata untuk penguatan adat budaya Bali sehingga Bali makin berkembang karena memadukan inovasi dan tradisi. 
Kita merindukan penataan Bali seperti itu. 
Kira-kira bila isu 10 Bali baru gagal bangun opini, propaganda apalagi yang akan dijual??? Ada yang tahu..?
Yang pasti, ini bukan propaganda tetapi fakta, ijin lokasinya itu Reklamasi oleh Badan Usaha untuk fasilitas perekonomian Pariwisata. Jadi 100 persen bisnis, tetapi jualan Amdalnya dengan Revitalisasi untuk pelestarian. Beberapa tokoh hebat pilih tanding pun menjadi peserta Paduan Suaranya.
Sayang suara merdunya malah bersambut penolakan satu persatu desa adat sekitar lokasi proyek. Kini sudah 18 desa adat sekitar proyek menolak, lalu Amdal itu untuk lingkungan siapa? Karena lingkungan sekitarnya sudah menolak. Mari Kita dengar paduan suara berikutnya. (tulisan Gede Pasek Suardika/anggota DPD RI)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar